Balaikota Madiun

Banyak tinggalan bangunan-bangunan berasitektur eropa yang masih bisa dilihat di Kota Madiun ini. Salah satunya adalah Balai Kota Madiun. Balaikota merupakan pusat pemerintahan Kota Madiun. Di gedung ini para petinggi kota ini seperti walikota, wakil walikota dan sekretaris daerah berkantor dan menjalankan pemerintahan. Kantor Balai Kota Madiun beralamat di Jalan Pahlawan No.37, Kelurahan/Kecamatan Kartoharjo.

Sejarah pembangunan gedung ini diawali setelah Pemerintah Hindia-Belanda mengesahkan berdirinya Gemeente (Kota) Madiun pada 20 Juni 1918 berdasarkan tahun 1918 Stasblad No. 326. Pemerintahan ini terpisah dari pemerintahan kabupaten dengan kepala pemerintahan yang disebut Burgemeester (walikota). Setelah berdiri jabatan Burgemeester masih dipegang oleh seorang Assistent-Resident yang bernama W.M. Ingenluyff.

20170914_114655
Balai Kota Madiun (Dok. Pribadi tahun 2017)

Sebelum membangun Gemeentehuis/Raadhuis/Balaikota, pemerintahan dan pelayan gemeente madiun saat itu masih dipusatkan di Kantor Asissten Residen (Kini Kantor Koramil). Pihak Gemeenteraad (Dewan Kota) kemudian mulai merencanakan membangun gedung baru. Perencanaan itu diawali pada 10 September 1919 dengan membeli tanah di Schoollaan (sekarang Jalan Sumatra) yang luasnya 4317 M2  dengan harga f(gulden) 7000,-, kemudian tahun berikutnya melakukan peminjaman f 50.000,- untuk pembangunan gedungnya. Rentang waktu tujuh tahun, proyek tersebut belum terlaksana hingga akhirnya Gemeenteraad menjual tanah tersebut. Mereka memiliki alasan jika tanah tersebut lebih cocok dimanfaatkan untuk pembangunan rumah-rumah tinggal. Pihak Gemeenteraad lantas membeli lagi tanah lain yang terletak di Residentslaan (sekarang Jalan Pahlawan) seluas 14120 M2 dengan harga f 31.500Setelah itu, Firma Fermont-Cuypers perusahaan jasa arsitektur yang terkenal membangun beberapa bangunan De Javasche Bank ditunjuk sebagai perancang sekaligus pengawas proyek balai kota. Firma itu sejak sebelum 1910 telah beroperasi di Hindia Belanda. Arsitek yang mendirikannnya adalah Ed. Cuypers, M.J. Hulswit dan A.A. Fermont. Rancangan awal  Fermont-Cuypers tidak seperti sekarang ini. Pada bangunan utama (depan) pintu publik terletak di kanan-kiri, sedangkan pintu utama yang sekarang berada di tengah. Jendela-jendela “kemungkinan” lantai atas diberi semacam balkon (lihat Local Techniek, 1933 : 4-9). Ternyata firma Fermont-Cuypers tidak hanya dikontrak membangun balaikota, disaat bersamaan pula sebuah Gemeente Schouwburg (Gedung pertunjukan Kota) atau sekarang dikenal dengan Bioskop Lawu juga dibangun. Lokasinya juga masih satu jalan dengan Balaikota. Sayangnya, gedung ini sudah dihancurkan dan diganti dengan pusat perbelanjaan.

Gambar Kasaran Balai Kota Madiun Oleh
firma Fermont-Cuypers (lihat Local
Local Techniek, 1933 : 4-9 )

Penantian panjang selama 10 tahun itu terbayarkan pada 30 November 1929. Pada tanggal yang jatuh hari sabtu pagi itu diadakan acara Eerste Steenlegging (peletakan batu pertama). Acara tersebut diawali dengan ritual adat jawa yaitu slametan para pekerja dan dillanjutkan penguburan karbouwenkop (kepala kerbau). Beberapa pejabat se-karesidenan Madiun turut hadir dalam acara tersebut kecuali Resident Madiun Van Den Bos yang berhalangan hadir karena tugas di Batavia sehingga digantikan oleh istrinya. Roeloef Adriaan Schotman sekalu Burgemeester (Walikota) Madiun bersama dengan Nyonya E. L. E. van den Bos (Istri Resident Madiun) diberi kerhormantan untuk meletakan batu pertama sebagai penanda dimulainya pembangunan Balai Kota. Menurut R.A Schotman pembangunan Balai Kota ini diharapkan menjadi tonggak sejarah baru bagi pembangunan Gemeente Madiun (De Indische Courant, 3 Desember 1929).

Proyek ini juga melibatkan perusahaan Marmer terkenal asal Surabaya yakni AI Marmi Italian Soerabaja, serta seniman bernama Mia Lyons atau Mevrouw Cleton dari Yogyakarta. Marmer dari perusahaan asal Surabaya digunakan untuk menghiasi dinding depan balai kota. Sedangkan Mia Lyons bertugas mendekor ruangan dewan yang berada di lantai 2.  Dampak Pembangunan Balai Kota adalah dibangunnya jalan penghubung antara Residentslaan dengan W.M. Ingenluyfflaan (sekarang Jalan Dr. Soetomo). Jalan tersebut kemudian diberi nama Raadhuislaan. Jalan ini sekarang bernama Jalan Perintis Kemerdekaan.

Pada tanggal 1 Agustus 1930 atau sehari sebelum perayaan kelahiran Ratu Suri Emma of Waldeck and Pyrmont, Gedung ini mulai diresmikan dan digunakan. Schotman pun menjadi Burgemeester pertama yang berkantor di Balai Kota.

Pada masa pendudukan Jepang, gedung ini berubah nama menjadi Madiun Shi Jakusyo yang kurang lebih artinya sama dengan Kantor Balai Kota. Mr. Soesanto Tirtoprodjo yang diangkat menjadi Burgemeester Madiun pada tahun 1941 kemudian ditunjuk oleh Jepang menjadi pejabat Shicho (Walikota) Madiun. Setelah kemerdekaan hingga sekarang fungsi gedung ini tidak berubah.

Bangunan Balaikota Madiun ini menghadap kearah barat. Langgam arsitektur Balai Kota Madiun bercirikan Nieuwe Bouwen yang terinspirasi oleh aliran International Style dan mengadopsi karakter arsitektur lokal sebagai adaptasi terhadap kondisi iklim tropis basah lingkungan setempat (Rizaldi Dkk, 2016). Apabila dilihat melalui satelit Bangunan Balaikota Madiun terdiri empat bangunan, membentuk segi empat dengan ditengahnya terdapat taman. Bangunan utama yang terletak didepan dilengkapi dengan sebuah menara yang tingginya ± 10 meter. Menara tersebut difungsikan sebagai area pengawasan atau pertahanan, mirip dengan ciri arsitektur tipe peralihan pada masa kolonial Belanda di Indonesia.

Dulu menara terdapat sebuah jam dan pada bagian atas terdapat penangkal petir seperti tusuk sate. Jam sekarang diganti dengan logo kota madiun, sedangkan tusuk sate sekarang dihilangkan. Terdapat tiga buah pintu masuk. Dua pintu berada disamping kanan-kiri, sedangkan pintu tengah merupakan pintu utama yang juga akses masuk ke ruang walikota.  Pada saat ini, kondisi bangunan ini cukup terawat dengan beberapa perbaikan pada arsitektur bangunan. Selanjutnya mungkin perlu diupayakan penetapan sebagai cagar budaya Kota Madiun sebagai bentuk pelestarianya.

Sumber
Local Teckniek No. 1 januari 1933. Het Raadhuis te Madioen hlm 4-9.

Rizaldi, Vicky Dkk. 2016. Karakteristik Spasial dan Visual Balai Kota Madiun (Eks Raadhuis te Madioen). E-Journal : Universitas Brawijaya Malang

Tinggalkan Balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *