Guru Penggerak A6.44

https://sites.google.com/view/portofolio-cgp-madiun-angk6?usp=sharing

Guru Hebat Menulis Media Online

Di era informasi dalam genggaman, saat ini akan jauh tertinggal jika seseorang terpaku pada sebuah keadaan dan perilaku lama dalam mendapatkan maupun memberikan informasi, buku adalah jendela ilmu namun informasi-informasi yang kita dapatkan dari sebuah buku perlu kita olah dan kelola dengan sebuah peralatan masa kini agar informasi-informasi tersebut mudah dan menarik bagi pembaca atau bahkan bagi pemberi informasi itu sendiri. Gawai dan peralatan modern lainnya bisa menjembatani antara sumber ilmu yaitu sebuah buku dan seorang pemberi informasi kepada pembaca  baik itu sebagai seorang guru, penulis, pedagang dan sebagainya. bentuk-bentuk olahan informasi tersebut bisa berupa artikel-artikel dalam halaman-halaman blog, web atau informasi berupa tulisan-tulisan dalam chat fb, ig atau tulisan-tulisan yang telah diolah dengan menarik lainnya.

Guru sebagai insan yang telah termandatkan untuk menyampaikan informasi sangat perlu, bahkan menjadi sebuah kewajiban untuk mengolah informasi agar menjadi sebuah menu yang sangat diminati, dicari dan ditunggu-tunggu setiap kehadirannya. salam Guru Diklat ACER PGRI-SLCC

GURU HEBAT MENULIS MEDIA ONLINE

Mulai dari diri sendiri

1.2.a.3. MULAI DARI DIRI

Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak

Oleh :WIDODO, S.Pd.

CGP Angkatan 6, SMK YP 17-1 Madiun, Kota Madiun

Tugas 1 :

Refleksi

1. Peristiwa positif dan negatif

Tentunya telah banyak peristiwa telah kita alami , suka duka, ada yang pahit untuk dikenang ada pula yang sedikit membuat kita tersenyum.

  • Peristiwa Negatif

Mungkin sebuah awal kenakalan saya, ketika saya tidak suka pada Pelajaran

Matematika di SMA, banyak memberi PR, galak, suka mencemooh murid-muridnya yang tidak bisa mengerjakan soal. hingga saya pernah menuliskan namanya ditembok sekolahan “Tarmin is Killer” hingga berbuntut panjang beberapa kali oarang tua di panggil ke Sekolah, diancam tidak lulus.

  • Peristiwa Positif

Ketika kuliah, kebetulan teman kuliahku adik dari dosen saya, hingga sering bertemu dan cukup dekat, layaknya seorang teman sebaya, hingga teman-teman diarahkan untuk aktif di organisasi, hingga hobby kluyuran kami terwadahi dengan hal yang sangat membantu keberhasilan saya saat ini.

2. Peristiwa-peristiwa yang terjadi tersebut diatas , melibatkan sosok seorang guru yang mungkin kurang tepat, dan seorang Dosen (dalam hal ini juga seorang pendidik) yang mampu menularkan laku-laku positif.

3. Dampak Emosi, menjumpai sosok seorang guru, yang masih cukup membekas, namun saya yakin, walaupun galak tujuannya adalah untuk keberhasilan murid-muridnya.

Sedangkan yang satunya, bertemu sosok guru / dosen yang cukup dekat dengan anak-anak didiknya, yang bisa menghapuskan status bukan antara dosen dan mahasiswa, namun layaknya sahabat.

4. Kedua sosok guru , yang hadir dalam pengalaman hidup saya, tentunya bisa menjadikan sebuah refleksi, apakah saya kan meneladani sosok guru yang galak, atau sosok guru yang dekat dengan murid-muridnya.

5. Sebuah kesimpulan yang bisa kita ambil hikmahnya dari gambaran Trapesium usia dan roda emosi :

  • Guru mempunyai posisi yang strategis, menuntun , mengarahkan murid-muridnya untuk berkarya sesuai dengan bakat, minat dan perannya dalam kehidupan sendiri, atau dalam masyarakat.
  • Guru tidak boleh mematahkan semangat, memvonis, bahkan mencela. Murid adalah makhluk Tuhan yang mempunyai kodratnya sendiri.

6. Guru punya peran untuk menuntun murid-muridnya, agar menjadikan hidup para murid menjadi bermakna di kemudian harinya.

Aksi Nyata Modul 1.1 Filosofi & Pemikiran Ki Hajar Dewantara

widodogb

1.1. Refleksi dan Kesimpulan Konsep Pemikiran Ki Hakar Dewantara

widodogb

1.1. Jurnal Refleksi Aksi Nyata

widodogb

1.1 Ruang Kolaborasi Budaya Lokal sejalan Filosofi Ki Hajar Dewantara

widodogb

1.2. Nilai dan Peran Guru Penggerak,Ruang Kolaborasi

widodogb

REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.2

JURNAL REFLEKSI MODUL 1.2 NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK 

Modul 1.2. Nilai dan Peran Guru Penggerak telah saya pelajari bersama dalam Diklat CGP Angkatan 6 kelas 44 Kota Madiun. Banyak pengetahuan dan hal baru yang saya dapatkan, semangat baru untuk meningkatkan kompetensi diri, sekolah dan masyarakat.

Untuk merefleksikan kegiatan pembelajaran modul 1.2 tentang nilai dan peran guru penggerak ini, Saya menggunakan alur 4F atau 4P yaitu Facts (peristiwa), Feelings (perasaan), Findings (pembelajaran), dan Future (penerapan ke depan).

1. Facts (Peristiwa)

Saya mulai mempelajari modul 1.2 yaitu tentang nilai dan peran guru penggerak. Materi di dalam modul 1.2 ini mempelajari  konsep manusia tergerak, bergerak dan menggerakkan manusia. Konsep ini juga merupakan jargon untuk menumbuhkan semangat bagi teman-teman calon guru penggerak. 

Setelah mempelajari materi dan berdiskusi di alur eksplorasi konsep, saya dan teman-teman melanjutkan kegiatan diskusi di ruang kolaborasi 1.2 dalam kegiatan ini, kami diminta membuat karya berupa Guru Penggerak yang kelompok pilih.

Setelah melakukan diskusi di kelompok kecil, kami lanjutkan kegiatan , kami memilih Peran Guru Penggerak sebagai Coach bagi guru lainnya, dalam hal ini kami mencoba mengenalkan sebuah media pembelajaran yang cukup mudah namun bisa dilaksanakan dalam pembelajaran baik secara daring maupun tatap muka dikelas, yaitu Pengenalan Media Padlet.

2. Feelings (Perasaan)

Setelah mempelajari modul 1.2 tentang nilai dan peran guru penggerak ini,  saya merasa bahwa mulai sadar untuk melakukan perubahan pada diri saya sendiri terlebih dahulu, mulai memperbaiki diri  dan mencoba untuk percaya diri lebih dahulu.  Setelah saya tergerak, selanjutnya saya ingin rekan-rekan guru mengikuti jejak saya , sehingga akhirnya bisa bergerak bersama mewujudkan peserta didik yang berkarakter profil belajar Pancasila.

3. Findings (Pembelajaran)

Banyak hal yang saya peroleh dalam mempelajari Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak, yaitu : 

  • Mendapatkan pengetahuan tentang bagaimana cara kerja otak manusia, yaitu thinking fast dan thinking slow. Sebagai seorang guru, kita harus membiasakan  untuk thinking slow supaya kita tidak terburu-buru dalam memutuskan sesuatu agar lebih bijaksana.
  • Lalu saya belajar tentang 5 kebutuhan dasar manusia, yaitu kasih sayang dan rasa diterima, kekuasaan, kesenangan, kebebasan, dan bertahan hidup.
  • Materi berikutnya tentang nilai dan peran guru penggerak. Ada 5 nilai dan 5 peran yang harus manjadi spirit dan perilaku  seorang guru penggerak, yaitu : 

1. Berpihak pada Murid. 

2. Reflektif

3. Mandiri

4. Kolaboratif

5. Inovatif

Dengan perilaku dan peran kesehariannya sebagai berikut :

1. Menjadi pemimpin pembelajaran

2. Menjadi coach bagi teman sejawatnya

3. Mendorong Kolaborasi

4. Mewujudkan kepemimpinan kelas

5. Menggerakan Komunitas

  • Mendapatkan pengetahuan tentang penguatan profil pelajar Pancasila. Yaitu : kita sebagai guru penggerak diharapkan mampu mewujudkan murid-murid, lulusan yang berjiwa Profil Pelajar Pancasila.

1. Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia

2. Mandiri

3. Suka bergotong royong

4. Bernalar Kritis

5. Berkebinekaan global

6. Kreatif dan Inovatif

4. Future (Penerapan)

Setelah memahami modul 1.2 tentang nilai dan peran guru penggerak, tentunya saya akan berusaha menjiwai dan menerapkan Nilai dan peran saya sebagai berikut :

  • Melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan, memberi kebebasan pada murid cara belajar materi yang disukai.menggunakan media-media pembelajaran berbasiskan teknologi informasi abad 21
  • Secara mandiri selalu meningkatkan dan mengembangkan kompetensi 
  • Berkolaborasi dengan murid, rekan sejawat, maupun dengan lingkungan sekitar untuk kepentingan pendidikan
  • Menjadi coach bagi guru lain, seperti membantu mereka dalam memanfaatkan aplikasi-aplikasi yang mendukung kegiatan pembelajaran.
  • Aktif didalam komunitas praktisi dengan mengikuti organisasi profesi yang ada, diantarany saya sebagai pengurus PGRI Cabang, Anggota IGI wilayah Madiun, Anggota PERGUNU Kota Madiun.

Widodo CGP. A.6-44 Kota Madiun

Jurnal Refleksi Modul 1.3 Visi Guru Penggerak

Setelah mengikuti pembelajaran mulai Modul 1.1dilanjut 1.2. sampai dengan Modul 1.3 bersama Fasilitator Ibu Stefanis Anggelia Alfa S. Pengajar Praktik : Ibu Sisilia  maka semakin kepercayaan diri bertambah, pengetahuan dan hal-hal yang selama tidak tahu maupun tidak sepaham, mulai mendapatkan pencerahan, bahkan spirit baru, dalam upaya menerapkan nilai dan perannya sebagai calon guru penggerak. 

Dalam pembelajarn modul 1.3 ini seperti biasanya diawali dengan materi Mulai dari diri, eksplorasi konsep, ruang kolaborasi, demonstrasi kontekstual, elaborasi pemahaman, koneksi antar materi dan aksi nyata.

Selanjutnya untuk merefleksikan modul 1.3 Visi guru penggerak ini , saya menggunakan alur 4P atau 4F yaitu Peristiwa (Facts), Perasaan (Feelings), Pembelajaran (Findings), dan penerapan ke depan (Future).

  1. Peristiwa (Facts)

Dalam Modul ini diawali, kita diminta menggambarkan murid kita dimasa yang akan datang, dalam hal ini karena saya mengajar di SMK , maka saya menggambarkan murid saya menjadi seorang profesional di bidangnya, wirausaha sukses, menjadi tenaga ahli di perusahaan, menjadi pegawai BUMN di bidang teknik, dan sebagainya. Ini menjadi sebuah peristiwa yang membangkitkan spirit saya sebagai Calon Guru Penggerak, untuk menjadikan sebuah realita bukan sekedar Imaji Murid saya di masa yang akan Datang. Imaji saya semua murid menjadi Pribadi yang Terampil, Cerdas, Berahklak Mulia, Profesional pada bidangnya , berwawasan lingkungan , Berbudaya Bangsa sesuai Profil Pelajar Pancasila.

  1. Perasaan (Feelings)

Setelah mempelajari modul 1.3 tentang visi guru penggerak, saya merasa bahwa saya harus meneguhkan visi saya terhadap diri saya, murid saya, sekolah saya dan bahkan masyarakat secara luas, visi pada diri sendiri yaitu perubahan pada diri saya sendiri terlebih dahulu, mulai memperbaiki diri dan harapannya rekan-rekan guru mengikuti jejak saya , sehingga akhirnya bisa bergerak bersama mewujudkan peserta didik yang berkarakter profil belajar Pancasila.

  1. Pembelajaran (Findings)

Dalam menjiwai nilai dan menjalankan peran sebagai guru penggerak diharapkan CGP terdepan dalam mendorong dan menebarkan hal positif dalam lingkungan sekolah, lingkungan dan masyarakat. 

  1. Penerapan ke depan (Future).

Untuk mewujudkan visi guru penggerak di butuhkan kesabaran , kebersamaan secara berkesinambungan dengan penerapan Inkuiri Apresiatif dan implementasi menggunakan tahapan  BAGJA.

Dalam modul ini Calon Guru Penggerak mendapatkan pengetahuan dan bahkan pengalaman dalam menyusun sebuah pengembangan, atau perbaikan beberapa hal di sekolah, kelas bahkan lingkungan masyarakat.

Calon Guru Penggerak di latih membuat Visi bagi dirinya sendiri :

VISI

Terwujudnya Murid Berbudi pekerti , Cerdas, Terampil, berwawasan lingkungan, sesuai profil Pelajar Pancasila melalui Merdeka Belajar

Setelah mendapatkan sebuah visi yang Jelas, lugas, menarik dan menumbuhkan semangat bagi yang membacanya. 

Alur berikutnya menganalisa kekuatan, potensi dan juga hambatan yang ada pada obyek sasaran yang akan kita rubah atau perbaiki dengan A-T-A-P yaitu: 

Aset – Tantangan – Aksi – Perubahan

Setelah kita ketahui potensi dan tantangan yang kita miliki maka baru kita susun sebuah kalimat Prakarsa Perubahan, dalam hal ini yaitu:

Prakarsa Perubahan 

Meningkatkan pembelajaran yang menyenangkan di kelas dengan memanfaatkan media pembelajaran yang bervariatif dengan kurikulum merdeka

Setelah kita susun prakarsa perubahan maka mulai dengan tahapan- tahapan BAGJA, Yaitu :

Tahapan B-A-G-J-A

1.  Buat Pertanyaan Utama

2.  Ambil Pelajarannya

3.  Gali Mimpi

4.  Jabarkan Rencana

5.  Atur Eksekusi

Dengan  tahapan terakhir sebagai berikut : 

Pertanyaan :

  1. Siapa yang bisa mengarahkan dan membantu saya dalam meningkatkan pembelajaran yang menyenangkan dengan media yang bervariasi
  1. Apa saja persiapan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pembelajaran yang Bervariasi?
  2. Kapan waktu pelaksanaanya?

Tindakan :

  1. Koordinasi dengan Bagian Kurikulum, dan KS
  2. Mengajak rekan guru lain untuk bersama-sama melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan dengan media yang bervariasi
  3. Menginventarisir Pelatihan, alat dan media yang diperlukan
  4. Couching berbagi antar guru
  5. Mencocokkan jadwal pembelajaran dan agenda sekolah

 

Teori Kontrol (Dr. William Glasser)


Selanjutnya psikiater dan pendidik, Dr. William Glasser dalam Control Theory yang kemudian hari berkembang dan dinamakan Choice Theory, meluruskan beberapa miskonsepsi tentang makna ‘kontrol’.

  • Ilusi guru mengontrol murid.  
    Pada dasarnya kita tidak dapat memaksa murid untuk berbuat sesuatu jikalau  murid tersebut memilih untuk tidak melakukannya. Walaupun tampaknya  guru sedang mengontrol perilaku murid, hal demikian terjadi karena murid  sedang mengizinkan dirinya dikontrol. Saat itu bentuk kontrol guru  menjadi kebutuhan dasar yang dipilih murid tersebut. Teori Kontrol  menyatakan bahwa semua perilaku memiliki tujuan, bahkan terhadap  perilaku yang tidak disukai.
  • Ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan bermanfaat.  
    Penguatan positif atau bujukan adalah bentuk-bentuk kontrol. Segala usaha  untuk mempengaruhi murid agar mengulangi suatu perilaku tertentu, adalah  suatu usaha untuk mengontrol murid tersebut. Dalam jangka waktu tertentu,  kemungkinan murid tersebut akan menyadarinya, dan mencoba untuk  menolak bujukan kita atau bisa jadi murid tersebut menjadi tergantung pada pendapat sang guru untuk berusaha.
  • Ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa bersalah dapat  menguatkan karakter.
    Menggunakan kritik dan rasa bersalah untuk mengontrol murid menuju pada  identitas gagal. Mereka belajar untuk merasa buruk tentang diri mereka.  Mereka mengembangkan dialog diri yang negatif. Kadang kala sulit bagi guru  untuk mengidentifikasi bahwa mereka sedang melakukan perilaku ini, karena seringkali guru cukup menggunakan ‘suara halus’ untuk menyampaikan pesan  negatif.
  • Ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak untuk memaksa. 
    Banyak orang dewasa yang percaya bahwa mereka memiliki tanggung jawab  untuk membuat murid-murid berbuat hal-hal tertentu. Apapun yang  dilakukan dapat diterima, selama ada sebuah kemajuan berdasarkan sebuah  pengukuran kinerja. Pada saat itu pula, orang dewasa akan menyadari  bahwa perilaku memaksa tidak akan efektif untuk jangka waktu panjang,  dan sebuah hubungan permusuhan akan terbentuk.

Sumber : Materi LMS CGP A.6 BBGP Jatim

KONEKSI ANTAR MATERI 1.3 VISI GURU PENGGERAK

Aksi Nyata 1.3 Visi Guru Penggerak

Ruang Kolaborasi Modul 1.4 Studi Kasus Budaya Positif

1.4.a.6 Demonstrasi Kontekstual Segitiga Restitusi

1.4.a.8 Koneksi Antar Materi Modul

Jurnal Refleksi Modul 1.1 Filosofi Ki Hadjar Dewantara

JURNAL DWI MINGGUAN

MODUL 1.1
Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salam Sejahtera

Om Swastiastu

Namo Budhaya

Salam Kebajikan

Rahayu sagung dumadi


Salam dan Bahagia

Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara adalah bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidik itu  hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.

Peran Pendidik diibaratkan seorang Petani atau tukang kebun yang tugasnya adalah merawat sesuai kebutuhan dari tanaman-tanamannya itu agar tumbuh dan berbuah dengan baik, tentu saja beda jenis tanaman beda perlakuanya. Artinya bahwa kita seorang pendidik harus bisa melayani segala bentuk  kebutuhan metode belajar siswa yang berbeda-beda (berorientasi pada anak). Kita harus bisa memberikan kebebasan kepada anak untuk mengembangkan ide, berfikir kreatif, mengembangkan bakat/minat siswa (merdeka belajar), tapi kebebasan itu bukan berarti kebebasan mutlak, perlu  tuntunan dan arahan dari guru supaya anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya.

Ki Hadjar Dewantara juga mengingatkan para pendidik untuk tetap terbuka dan mengikuti perkembangan zaman yang ada namun tidak semua yang baru itu baik, jadi perlu diselaraskan dulu. Indonesia juga memiliki potensi-potensi kultural yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Ki Hadjar Dewantara menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan isi dan irama. Artinya bahwa setiap anak sudah membawa sifat atau karakternya masing-masing, jadi sebagai guru kita tidak bisa menghapus sifat dasar tadi, yang bisa dilakukan adalah menunjukan dan membimbing mereka agar muncul sifat-sifat baiknya sehingga menutupi/mengaburkan sifat-sifat jeleknya.

Kodrat zaman bisa diartikan bahwa kita sebagai guru harus membekali keterampilan kepada siswa sesuai zamannya agar mereka bisa hidup, berkarya dan menyesuaikan diri. Dalam konteks pembelajaran sekarang, ya kita harus bekali siswa dengan kecakapan Abad 21. 

Budi pekerti juga sangat penting dan menjadi bagian tak terpisahkan dari pendidikan dan pengajaran yang kita lakukan sebagai guru. Guru harus senantiasa memberikan teladan yang baik bagi siswa-siswanya dalam mengembangkan budi pekerti. Kita juga bisa melakukan kegiatan-kegiatan pembiasaan di sekolah untuk menanamkan nilai-nilai budi pekerti/akhlak mulia kepada anak.

Dalam pembelajaran di kelas hendaknya kita juga harus memperhatikan kodrati anak yang masih suka bermain. Lihatlah ketika anak-anak sedang bermain pasti yang mereka rasakan adalah ‘kegembiraan’ dan itu membuat suatu kesan yang membekas di hati dan pikirannya. Hendaknya guru juga memasukan unsur permainan dalam pembelajaran agar siswa senang dan tidak mudah bosan. Apalagi menggunakan permainan-permainan tradisional yang ada, selain menyampaikan pembelajaran melalui permainan , kita juga mendidik dan mengajak anak untuk melestarikan kebudayaan lokal yang adiluhung.

Setelah Belajar modul 1.1 filosofi dan pemikiran Ki Hajar Dewantara, saya mulai bersemangat dan merubah pemahaman saya yang kurang benar selama ini.

Banyak kendala yang Saya alami, diantaranya akibat pandemi anak-anak mengalami kedisiplinan yang sangat rendah , motivasi belajar sangat rendah, ditambah karakter anak SMK yang cenderung kurang tertarik pada pelajaran di kelas.

Pada modul 1.1 atau yang perdana ini, CGP akan  merefleksikan hasil pembelajaran yang saya ikuti di Learning Management System (LMS)  dalam bentuk jurnal refleksi. Jurnal refleksi ini saya tulis sebagai media untuk menggambarkan perasaan, gagasan dan pengalaman serta praktik baik yang telah saya dilakukan. Model refleksi yang saya pakai adalah Model 4P atau 4F (Peristiwa/Facts, Perasaan/Feelings, Pembelajaran/Findings, Penerapan/Future)

  1. Peristiwa / Facts

Setelah mempelajari Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara , saya merasa bahwa selama ini pola pendidikaan disekolah yang cenderung berpusat pada guru, pembelajaran di kelas yang cenderung kaku, sedikit-sedikit hukuman dan sebagainya adalah sudah sesuai dengan makna penddidikan, dan ternyata masih jauh dari hal yang sesuai dengan istilah Pendidikan itu sendiri.

 Sebelum mempelajari pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara, saya percaya bahwa dengan tindakan-tindakan tegas dan menghukum  siswa bisa merubah perilakunya. Tapi perubahan yang terjadi cuma didasari oleh rasa takut dan bersifat sementara, bukan atas kesadaran pribadinya. Saya belum sepenuhnya menyadari akan keberadaan kodrat alam sang anak, sehingga sering marah-marah ketika ada anak yang lamban dalam satu pelajaran. Belum banyak memberikan model-model pembelajaran yang  menyenangkan bagi anak.

2. Perasaan/Feelings

Setelah mempelajari pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara, pemikiran yang berubah dari saya adalah bahwa saya harus memberikan tuntunan kepada anak didik dengan lebih sabar dan ikhlas, karena mereka masing-masing unik dan berbeda. Tidak perlu memberikan hukuman yang sifatnya tidak mendidik, memberikan teladan agar mereka bisa melihat dan menirunya. Memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi mereka dengan mencoba berbagai macam model pembelajaran.

3. Pembelajaran/Findings

Perasaan Selama Melakukan Perubahan Di Kelas, Sebuah petuah dalam Basa jawa yaitu : ing ngarso sung tulodho (memberikan teladan), ing madyo mangun karso (membangun semangatdan tut wuri handayani (memberikan dorongan) sangat sesuai dan relevan dengan pendidikan di Indonesia dan bagi tumbuh kembangnya anak.Hal terpenting yang harus dilakukan seorang guru adalah menghormati dan memperlakukan anak dengan sebaik-baiknya sesuai kodratnya, melayani mereka dengan setulus hati bagi tumbuh kembangnya anak. Menuntun mereka menjadi pribadi yang terampil, berakhlak mulia dan bijaksana sehingga mereka akan mencapai kebahagiaan dan keselamatan.

4. Penerapan/Future

Ide atau gagasan yang timbul sepanjang proses perubahan

  • Upaya Berkolaborasi Memberi Pemahaman & Komitmen Bersama
  • Pembiasaan Laku Positif Pada Murid
  • Menciptakan pembelajaran menyenangkan dan berpihak pada murid
  • Berupaya membuat inovasi atau terobosan untuk kemajuan sekolah

Upaya pelaksanaan:

  1. Peningkatan Karakter dan Kedisiplinan dengan Kegiatan Pramuka
  2. Pengenalan Budaya Lokal dengan Bangga berbaju Tradisional dalam Upacara Bendera
  3. Pembiasaan Senyum Salam Sapa Salim dan Santun
  4. Pembelajaran Yang Berpihak Pada Murid
  5. Pembelajaran dengan memanfaatkan Platform Gclassroom , Kaahoot.it, dibantu LCD Proyektor dan Wifi anak diperbolehkan memilih alat belajar sendiri buku teks atau virtual

Banyak Kendala dalam Upaya mengimplementasikan Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara, namun Dengan Menuntun, menyemai sesuai kodrat alam dan zaman, cita-cita luhur akan menemukan jalannya.

Demikian saya merefleksikan materi Filosofi dan pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam Modul 1.1

Semoga dapat bermanfaat mendorong kemajuan Pendidikan di tanah air, serta menumbuhkan budaya positif di sekolah.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salam dan Bahagia.

Tinggalkan Balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *