Jurnal Refleksi Modul 1.1 Filosofi Ki Hadjar Dewantara

JURNAL DWI MINGGUAN

MODUL 1.1
Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salam Sejahtera

Om Swastiastu

Namo Budhaya

Salam Kebajikan

Rahayu sagung dumadi


Salam dan Bahagia

Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara adalah bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidik itu  hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.

Peran Pendidik diibaratkan seorang Petani atau tukang kebun yang tugasnya adalah merawat sesuai kebutuhan dari tanaman-tanamannya itu agar tumbuh dan berbuah dengan baik, tentu saja beda jenis tanaman beda perlakuanya. Artinya bahwa kita seorang pendidik harus bisa melayani segala bentuk  kebutuhan metode belajar siswa yang berbeda-beda (berorientasi pada anak). Kita harus bisa memberikan kebebasan kepada anak untuk mengembangkan ide, berfikir kreatif, mengembangkan bakat/minat siswa (merdeka belajar), tapi kebebasan itu bukan berarti kebebasan mutlak, perlu  tuntunan dan arahan dari guru supaya anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya.

Ki Hadjar Dewantara juga mengingatkan para pendidik untuk tetap terbuka dan mengikuti perkembangan zaman yang ada namun tidak semua yang baru itu baik, jadi perlu diselaraskan dulu. Indonesia juga memiliki potensi-potensi kultural yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Ki Hadjar Dewantara menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan isi dan irama. Artinya bahwa setiap anak sudah membawa sifat atau karakternya masing-masing, jadi sebagai guru kita tidak bisa menghapus sifat dasar tadi, yang bisa dilakukan adalah menunjukan dan membimbing mereka agar muncul sifat-sifat baiknya sehingga menutupi/mengaburkan sifat-sifat jeleknya.

Kodrat zaman bisa diartikan bahwa kita sebagai guru harus membekali keterampilan kepada siswa sesuai zamannya agar mereka bisa hidup, berkarya dan menyesuaikan diri. Dalam konteks pembelajaran sekarang, ya kita harus bekali siswa dengan kecakapan Abad 21. 

Budi pekerti juga sangat penting dan menjadi bagian tak terpisahkan dari pendidikan dan pengajaran yang kita lakukan sebagai guru. Guru harus senantiasa memberikan teladan yang baik bagi siswa-siswanya dalam mengembangkan budi pekerti. Kita juga bisa melakukan kegiatan-kegiatan pembiasaan di sekolah untuk menanamkan nilai-nilai budi pekerti/akhlak mulia kepada anak.

Dalam pembelajaran di kelas hendaknya kita juga harus memperhatikan kodrati anak yang masih suka bermain. Lihatlah ketika anak-anak sedang bermain pasti yang mereka rasakan adalah ‘kegembiraan’ dan itu membuat suatu kesan yang membekas di hati dan pikirannya. Hendaknya guru juga memasukan unsur permainan dalam pembelajaran agar siswa senang dan tidak mudah bosan. Apalagi menggunakan permainan-permainan tradisional yang ada, selain menyampaikan pembelajaran melalui permainan , kita juga mendidik dan mengajak anak untuk melestarikan kebudayaan lokal yang adiluhung.

Setelah Belajar modul 1.1 filosofi dan pemikiran Ki Hajar Dewantara, saya mulai bersemangat dan merubah pemahaman saya yang kurang benar selama ini.

Banyak kendala yang Saya alami, diantaranya akibat pandemi anak-anak mengalami kedisiplinan yang sangat rendah , motivasi belajar sangat rendah, ditambah karakter anak SMK yang cenderung kurang tertarik pada pelajaran di kelas.

Pada modul 1.1 atau yang perdana ini, CGP akan  merefleksikan hasil pembelajaran yang saya ikuti di Learning Management System (LMS)  dalam bentuk jurnal refleksi. Jurnal refleksi ini saya tulis sebagai media untuk menggambarkan perasaan, gagasan dan pengalaman serta praktik baik yang telah saya dilakukan. Model refleksi yang saya pakai adalah Model 4P atau 4F (Peristiwa/Facts, Perasaan/Feelings, Pembelajaran/Findings, Penerapan/Future)

  • Peristiwa / Facts

Setelah mempelajari Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara , saya merasa bahwa selama ini pola pendidikaan disekolah yang cenderung berpusat pada guru, pembelajaran di kelas yang cenderung kaku, sedikit-sedikit hukuman dan sebagainya adalah sudah sesuai dengan makna penddidikan, dan ternyata masih jauh dari hal yang sesuai dengan istilah Pendidikan itu sendiri.

 Sebelum mempelajari pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara, saya percaya bahwa dengan tindakan-tindakan tegas dan menghukum  siswa bisa merubah perilakunya. Tapi perubahan yang terjadi cuma didasari oleh rasa takut dan bersifat sementara, bukan atas kesadaran pribadinya. Saya belum sepenuhnya menyadari akan keberadaan kodrat alam sang anak, sehingga sering marah-marah ketika ada anak yang lamban dalam satu pelajaran. Belum banyak memberikan model-model pembelajaran yang  menyenangkan bagi anak.

  • Perasaan/Feelings

Setelah mempelajari pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara, pemikiran yang berubah dari saya adalah bahwa saya harus memberikan tuntunan kepada anak didik dengan lebih sabar dan ikhlas, karena mereka masing-masing unik dan berbeda. Tidak perlu memberikan hukuman yang sifatnya tidak mendidik, memberikan teladan agar mereka bisa melihat dan menirunya. Memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi mereka dengan mencoba berbagai macam model pembelajaran.

  • Pembelajaran/Findings

Perasaan Selama Melakukan Perubahan Di Kelas, Sebuah petuah dalam Basa jawa yaitu : ing ngarso sung tulodho (memberikan teladan), ing madyo mangun karso (membangun semangatdan tut wuri handayani (memberikan dorongan) sangat sesuai dan relevan dengan pendidikan di Indonesia dan bagi tumbuh kembangnya anak.Hal terpenting yang harus dilakukan seorang guru adalah menghormati dan memperlakukan anak dengan sebaik-baiknya sesuai kodratnya, melayani mereka dengan setulus hati bagi tumbuh kembangnya anak. Menuntun mereka menjadi pribadi yang terampil, berakhlak mulia dan bijaksana sehingga mereka akan mencapai kebahagiaan dan keselamatan.

  • Penerapan/Future

Ide atau gagasan yang timbul sepanjang proses perubahan

  • Upaya Berkolaborasi Memberi Pemahaman & Komitmen Bersama
  • Pembiasaan Laku Positif Pada Murid
  • Menciptakan pembelajaran menyenangkan dan berpihak pada murid
  • Berupaya membuat inovasi atau terobosan untuk kemajuan sekolah

Upaya pelaksanaan:

  1. Peningkatan Karakter dan Kedisiplinan dengan Kegiatan Pramuka
  2. Pengenalan Budaya Lokal dengan Bangga berbaju Tradisional dalam Upacara Bendera
  3. Pembiasaan Senyum Salam Sapa Salim dan Santun
  4. Pembelajaran Yang Berpihak Pada Murid
  5. Pembelajaran dengan memanfaatkan Platform Gclassroom , Kaahoot.it, dibantu LCD Proyektor dan Wifi anak diperbolehkan memilih alat belajar sendiri buku teks atau virtual

Banyak Kendala dalam Upaya mengimplementasikan Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara, namun Dengan Menuntun, menyemai sesuai kodrat alam dan zaman, cita-cita luhur akan menemukan jalannya.

Demikian saya merefleksikan materi Filosofi dan pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam Modul 1.1

Semoga dapat bermanfaat mendorong kemajuan Pendidikan di tanah air, serta menumbuhkan budaya positif di sekolah.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salam dan Bahagia.

Jurnal Dwi Mingguan: Couching untuk Supervisi Akademik

MODUL 2.3
Chouching untuk Supervisi Akademik

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salam Sejahtera

Om Swastiastu

Namo Budhaya

Salam Kebajikan

Rahayu sagung dumadi


Salam dan Bahagia

Sebuah pengetahuan dan pengalaman baru terkait dengan pelaksanaan chouching yang nanti kedepannya bisa di implementasikan dalam sebuah proses Supervisi Akademik di sekolah, seperti kita ketahui dan rasakan bahwa  selama ini pelaksanaan Supervisi Akademik hanya sekedar melaksanakan kewajiban tanpa tidak lanjut yang bermakna untuk perubahan positif pada guru dan murid.

Pembelajaran Modul 2.3 dimulai dari diri sendiri pada hari Kamis, 30 November 2022 dan dilanjutkan dengan alur MERDEKA, yaitu : Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Refleksi Terbimbing, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antar Materi, dan Aksi Nyata. 

Pada modul 2.3 ini, CGP akan  merefleksikan hasil pembelajaran yang saya ikuti di Learning Management System (LMS)  dalam bentuk jurnal refleksi. Jurnal refleksi ini saya tulis sebagai media untuk menggambarkan perasaan, gagasan dan pengalaman serta praktik baik yang telah saya dilakukan. Model refleksi yang saya pakai adalah Model 4P atau 4F (Peristiwa/Facts, Perasaan/Feelings, Pembelajaran/Findings, Penerapan/Future)

Kali ini saya akan coba merefleksi pembelajaran dan aktivitas pembelajaran yang telah dilaksanakan pada modul 2.3 Couching Untuk Supervisi Akademik.

  1. Facts (Peristiwa)

Dalam minggu awal pembelajaran Mulai dari diri , saya menulis sebuah artikel berupa pemahaman awal terkait dengan Paradigma couching berdasarkan pertanyaan pemantik di LMS. Tulisan ini saya unggah dalam edublog.org pribadi saya.  Kemudian dilanjutkan Eksplorasi Konsep dengan jumlah 5 Sub materi, yaitu :

2.3 – 2.4 Supervisi Akademik dengan Paradigma Berpikir Coaching, terdiri 11 page

Ditampilkan video contoh pelaksanaan couching dengan couchee : Pak Lukman dalam usahanya mengembangkan kompetensi dirinya sebagai seorang kepala sekolah yang perlu melakukan supervisi akademik terhadap rekan-rekan gurunya.

Forum Diskusi Eksplorasi Konsep, Modul 2.3 dimana CGP ditugaskan untuk membuat pernyataan mengenai keterkaitan keterampilan coaching dengan supervisi akademik, CGP menanggapi jawaban dari minimal 3 CGP lainnya.

2. Feelings (Perasaan)

Pada modul 2.3.a.5 yaitu ruang kolaborasi saya mendapatkan giliran berpasangan  berpasangan dengan Pak Hadi Sunarto, guru dari SMP Negeri 1 Madiun, melakukan sebuah percakapan coaching untuk memberikan pengalaman coaching secara nyata dengan teman sesama CGP, dan hasil percakapan divideokan dan diunggah sebagai salah satu tugas dari LMS, kemudian dilanjutkan  pembelajaran modul 2.3.a.6 demonstrasi kontekstual, saya di masukkan kemabli  dengan rekan 1 guru dengan Pengajar Praktik Bu Sisilia Ary Widayanti yang beranggotakan 4 orang yaitu :Pak Widodo, Bu Nurul Aini, Bu Ika Purwasari dan Bu Pudji Noerhayati, kami membuat video percakapan dengan 1 CGP menjadi observer, 1 CGP lain menjadi coach, dan 1 CGP lainnya menjadi Coachee, kemudia 1 lagi membantu untuk merekam dengan gawai seadanya.  kami melakukan secara bergiliran, kegiatan ini menambah pemahaman kami tentang bagaimana seharusnya menjadi observer, apa yang perlu diperhatikan pada saat pra observasi, saat observasi dan pasca observasi. Selanjutnya saya belajar modul 2.3.a.7 yaitu elaborasi pemahaman bersama Ibu Pudji Astuti membahas tentang coaching dan supervisi akademik lebih dalam lagi. Dan kemudian saya membuat koneksi antar materi modul 2.3, dengan memberikan refleksi saya denga apa yang saya peroleh dan bagaimana rencana  ke depannya, selanjutnya yaitu membuat rancangan aksi nyata yang berkaitan dengan supervisi akademik yang dilakukan dengan teman sejawat.

Saya merasa mendapatkan ilmu baru terkait dengan paradigma couching ini, hingga saya merasa semangat mengikuti aktivitas pembelajaran tentang coaching ini. Dalam modul ini saya merasa tertantang untuk bisa mengimplementasikan baik dalam kehidupan sehari-hari maupun di sekolah.

Kemudian ada rasa senang karena bisa belajar dan praktik langsung dengan teman-teman CGP lainnya. Setelah melakukan praktik couching, saya merasa masih banyak hal yang perlu di dalami  diantaranya bagaimana menyampaikan pertanyaan pemantik, mendengarkan dengan sabar, membuat pertanyaan berbobot,dan bagaimana bersikap sebagai coach yang baik.

3. Findings (Pembelajaran)

Banyak pembelajaran yang saya dapatkan dalam modul 2.3 ini. Diantaranya pemahaman dan pengalaman tentang couching. Paradigma couching, couching untuk supervise akademik. Bedanya dengan mentoring, fasilitasi, konseling dan training. Dalam modul ini kita juga  diajak untuk meninjau kembali materi pembelajarn pada modul sebelumnya. mulai dari konsep Ki Hajar Dewantara tentang tujuan pembelajaran, tentang peran dan nilai guru penggerak, tentang pembelajaran berdiferensiasi yang berkaitan juga dengan Pembelajaran Sosial dan Emosional yang semuanya berkaitan dengan coaching dan supervise akademik.  Dalam pembelajaran  modul ini juga saya mencoba merancang sebuah aksi nyata supervisi akademik terhadap rekan sejawat, untuk membantunya mengembangkan dan mendapatkan solusi secara mandiri tanpa adanya intervensi.

4. Future (Penerapan)

CGP diharapkan menjadi pemimpin pembelajaran dikelas, menciptakan kepemimpinan kelas , menjadi coch teman sejawat dan bahkan  menjadi pemimpin Satuan Pendidikan.

Ketrampilan couching sangat penting bagi CGP dalam melaksanakan nilai, peran dan pemimpin. Seperti kita ketahui couching bisa kita gunakan dalam memcahkan permasalaahan murid-murid secara mandiri, membantu permasalahan rekan-rekan sejawat dan mendesain ekosistem Pendidikan dengan budaya positif di sekolah.

Demikian saya merefleksikan materi Couching untuk Supervisi Akademik Modul 2.3

Semoga dapat bermanfaat mendorong kemajuan Pendidikan di tanah air, serta menumbuhkan budaya positif di sekolah.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salam dan Bahagia.