BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH

PENDAHULUAN

Setelah belajar dan melaksanakan refleksi Modul 1.4 tetantag hal ihwal Budaya positif di Sekolah, maka dengan semangat Guru Penggerak untuk bergerak dengan menyusun alur BAGJA untuk mengembangkan Budaya Positif disekolah.

Setelah konsep tersusun dengan baik, diantaranya menginvetaris kondisi-kondisi positif disekolah yang harus dipertahankan dan diperkuat lagi, dan konsep-konsep budaya positif yang akan dikembangkan. Dalam hal ini paling tidak kita sudah mendapatkan dukungan moral, spiritual dari Kepala Sekolah dan seluruh atau paling tidak sebagian besar warga sekolah.

Langkah yang pertama tentunya minta restu pada pimpinan dan jadwal sosialisasi Budaya Positif pada warga sekolah, setelah pemahaman tentang Budaya positif dan hal-hal yang terkait diantaranya adalah 5 kebutuhan dasar, 5 posisi kontrol guru dan segitiga restitusi sudah baik, segera kita susun secara rinci dengan panitia yang ditunjuk dan kita resmikan sebuah program sekolah beserta podoman dan keyakinan-keyakinan  bersama di sekolah. Budaya Positif Sekolah ini akan dimasukan menjadi bagian dalam kurikulum sekolah.

FILOSOFI PENDIDIKAN

Menurut Ki Hadjar Dewantara Pendidikan adalah menuntun  tumbuh kembangnya segala kodrat anak untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat.  Setiap anak memiliki kekuatan dirinya sendiri, memiliki pengalaman sesuai kodrat alam dan zamannya.  Pendidikan haruslah membimbing dan menguatkan apa yang ada di dalam diri setiap anak agar dapat memperbaiki tingkah lakunya, cara hidupnya dan pertumbuhannya. Dalam proses pendidikan, anak diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan potensi bakat dan minatnya sebagai individu yang unik.

Dalam menuntun ini , guru diharapkan memiliki peran dan nilai-nilai positif untuk mengarahkan serta membentuk karakter sesuai profil pelajar Pancasila. Pengembangan budaya positif, disiplin positif dapat menumbuhkan motivasi internal untuk menjadi pribadi yang berbudi pekerti luhur Profil Pelajar Pancasila.

MATERI BUDAYA POSITIF

Untuk menumbuhkan budaya positif maka dibutuhkan pemahaman tentang :

A. Konsep 5 Kebutuhan Dasar Manusia menurut Dr. William Glasser dalam “Choice Theory”

1.Kebutuhan Bertahan HidupKebutuhan bertahan hidup (survival) adalah kebutuhan yang bersifat fisiologis untuk bertahan hidup misalnya kesehatan, rumah, dan makanan. 

2. Cinta dan kasih sayang (Kebutuhan untuk Diterima)

3. Kebutuhan untuk mencintai dan memiliki meliputi kebutuhan akan hubungan dan koneksi sosial, kebutuhan untuk memberi dan menerima kasih sayang dan kebutuhan untuk merasa menjadi bagian dari suatu kelompok.Penguasaan (Kebutuhan Pengakuan atas Kemampuan) Kebutuhan ini berhubungan dengan kekuatan untuk mencapai sesuatu, menjadi kompeten, menjadi terampil, diakui atas prestasi dan keterampilan kita, didengarkan dan memiliki rasa harga diri.

4. Kebebasan (Kebutuhan Akan Pilihan)

Kebutuhan untuk bebas adalah kebutuhan akan kemandirian, otonomi, memiliki pilihan dan mampu mengendalikan arah hidup seseorang.

5. Kesenangan (Kebutuhan untuk merasa senang)

Kebutuhan akan kesenangan adalah kebutuhan untuk mencari kesenangan, bermain, dan tertawa

B. 5 Posisi Kontrol dalam menangani permasalahan disiplin

Penerapan disiplin di dalam kelas kita selama ini. Apakah telah efektif, apakah berpusat memerdekakan dan memandirikan murid ?  Diane Gossen dalam bukunya Restitution-Restructuring School Discipline (1998.

bersandar pada teori Kontrol Dr. William Glasser, Gossen berkesimpulan ada 5 posisi kontrol yang diterapkan seorang guru, orang tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol. Kelima posisi kontrol tersebut adalah Penghukum, Pembuat Orang Merasa Bersalah, Teman, Monitor (Pemantau) dan Manajer.

  1. Penghukum: Seorang penghukum bisa menggunakan hukuman fisik maupun verbal. Orang-orang yang menjalankan posisi penghukum, senantiasa mengatakan bahwa sekolah memerlukan sistem atau alat yang dapat lebih menekan murid-murid lebih dalam lagi. Guru-guru yang menerapkan posisi penghukum akan berkata:

“Patuhi aturan saya, atau awas!”
“Kamu selalu saja salah!”
“Selalu, pasti selalu yang terakhir selesai”

Guru seperti ini senantiasa percaya hanya ada satu cara agar pembelajaran bisa berhasil, yaitu hukuman agar jera.

2. Pembuat Orang Merasa Bersalah: pada posisi ini biasanya guru akan bersuara lebih lembut. Pembuat orang merasa bersalah akan menggunakan keheningan yang membuat orang lain merasa tidak nyaman, bersalah, atau rendah diri. Kata-kata yang keluar dengan lembut akan seperti:

“Ibu sangat kecewa sekali dengan kamu”
“Berapa kali Bapak harus memberitahu kamu ya?”
“Gimana coba, kalau orang tua kamu tahu kamu berbuat begini?”

Di posisi ini murid akan memiliki penilaian diri yang buruk tentang diri mereka, murid merasa tidak berharga, dan telah mengecewakan orang-orang disayanginya.

3. Teman: Guru pada posisi ini tidak akan menyakiti murid, namun akan tetap berupaya mengontrol murid melalui persuasi. Posisi teman pada guru bisa negatif ataupun positif. Positif di sini berupa hubungan baik yang terjalin antara guru dan murid. Guru di posisi teman menggunakan hubungan baik dan humor untuk mempengaruhi seseorang. Mereka akan berkata:

“Ayo bantulah, demi bapak ya?”
“Ayo ingat tidak bantuan Bapak selama ini?”
“Ya sudah kali ini tidak apa-apa. Nanti Ibu bantu bereskan”.

Hal negatif dari posisi teman adalah bila suatu saat guru tersebut tidak membantu maka murid akan kecewa dan berkata, “Saya pikir bapak/Ibu teman saya”. Murid merasa dikecewakan, dan tidak mau lagi berusaha, Hal lain yang mungkin timbul adalah murid hanya akan bertindak untuk guru tertentu, dan tidak untuk guru lainnya. Murid akan tergantung pada guru tersebut. 

4. Monitor/Pemantau: Memonitor berarti mengawasi. Pada saat kita mengawasi, kita bertanggung jawab atas perilaku orang-orang yang kita awasi. Posisi pemantau berdasarkan pada peraturan-peraturan dan konsekuensi. Dengan menggunakan sanksi/konsekuensi, kita dapat memisahkan hubungan pribadi kita dengan murid, sebagai seseorang yang menjalankan posisi pemantau. Pertanyaan yang diajukan seorang pemantau:

“Peraturannya apa?”
“Apa yang telah kamu lakukan?”
“Sanksi atau konsekuensinya apa?”

Seorang pemantau sangat mengandalkan penghitungan, catatan, data yang dapat digunakan sebagai bukti atas perilaku seseorang. Posisi ini akan menggunakan stiker, slip catatan, daftar cek. Posisi monitor sendiri berawal dari teori stimulus-respon, yang menunjukkan tanggung jawab guru dalam mengontrol murid.

5. Manajer: Posisi terakhir, Manajer, adalah posisi mentor di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Seorang manajer telah memiliki keterampilan di posisi teman maupun pemantau, dan dengan demikian, bisa jadi di waktu-waktu tertentu kembali kepada kedua posisi tersebut bila diperlukan. Namun bila kita menginginkan murid-murid kita menjadi manusia yang merdeka, mandiri dan bertanggung jawab, maka kita perlu mengacu kepada Restitusi yang dapat menjadikan murid kita seorang manajer bagi dirinya sendiri.  Di manajer, murid diajak untuk menganalisis kebutuhan dirinya, maupun kebutuhan orang lain. Disini penekanan bukan pada kemampuan membuat konsekuensi, namun dapat berkolaborasi dengan murid bagaimana memperbaiki kesalahan yang ada. Seorang manajer akan berkata:
“Apa yang kita yakini?” (kembali ke keyakinan kelas)

“Apakah kamu meyakininya?”
“Jika kamu menyakininya, apakah kamu bersedia memperbaikinya?”
“Jika kamu memperbaiki ini, hal ini menunjukkan apa tentang dirimu?”
“Apa rencana kamu untuk memperbaiki hal ini?”

Tugas seorang manajer bukan untuk mengatur perilaku seseorang. Kita membimbing murid untuk dapat mengatur dirinya. Seorang manajer bukannya memisahkan murid dari kelompoknya, tapi mengembalikan murid tersebut ke kelompoknya dengan lebih baik dan kuat. 

Bisa jadi dalam praktik penerapan disiplin sehari-hari, kita akan kembali ke posisi Teman atau Pemantau, karena murid yang ditangani belum siap diajak berdiskusi atau diundang melakukan restitusi. Namun perlu disadari tujuan akhir dari 5 posisi kontrol seorang guru adalah pencapaian posisi Manajer, di mana di posisi inilah murid dapat menjadi pribadi yang mandiri, merdeka, dan bertanggung jawab atas segala perilaku dan sikapnya, yang pada akhirnya dapat menciptakan lingkungan yang positif, nyaman, dan aman.

C. Penerapan Segititiga Restitusi yaitu

1) menstabilkan identitas;

2) validasi tindakan yang salah;

3) menanyakan keyakinan.

  1. Langkah pertama pada bagian dasar segitiga adalah menstabilkan identitas. Jika anak berbuat salah maka ada kebutuhan dasar mereka yang tidak terpenuhi. Bagian dasar segitiga restitusi memiliki tujuan untuk merubah orang yang gagal karena telah berbuat kesalahan menjadi orang yang sukses. Kita harus mampu meyakinkan mereka dengan mengatakan kalimat seperti 1) tidak ada manusa yang sempurna; saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu. Ketika seseorang dalam kondisi emosional maka otak tidak akan mampu berpikir rasional, saat inilah kita menstabilkan identitas anak. Anak kita bantu untuk tenang dan mencari solusi untuk menyelesaikan permasalahan.
  2. Langkah kedua adalah memvalidasi tindakan yang salah. Konsep langkah kedua adalah kita harus memahami kebutuhan dasar yang mendasari tindakan anak berbuat kesalahan. Menurut Teori Kontrol semua tindakan manusia, baik atau buruk, pasti memiliki maksud/tujuan tertentu (LMS Guru Penggerak, 2021). Ketika kita menolak anak yang berbuat salah, dia akan tetap dalam masalah. Yang diperlukan adalah kita memahami alasan melakukan hal tersebut sehingga anak merasa dipahami.
  3. Langkah ketiga yaitu menanyakan keyakinan. Teori kontrol menyatakan bahwa kita pada dasarnya termotivasi secara internal. Ketika langkah 1 dan Langkah 2 sukses dilakukan, maka anak akan siap untuk dihubungkan dengan nilai-nilai yang dia percaya, dan berpindah menjadi orang yang dia inginkan. Penting menanyakan ke anak  tentang kehidupan kedepan yang dia inginkan. Ketika mereka sudah menemukan gambaran masa depannya, guru dapat membantu mereka untuk tetap fokus pada gambarannya. Melalui segitiga restitusi kita dapat mewujudkan mereka menjadi murid yang merdeka. Mereka mampu menyelesaikan masalah dengan motivasi internal dan bertanggung jawab terhadap pilihannya.
  4. KESIMPULAN  

Kesimpulan

Setelah mempelajari, memahami konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan didasari kesadaran nilai dan peran sebagai guru penggerak maka terbentuklah sebuah visi Pendidikan sebagai motivasi penggerak melaksanakan sebuah prakarsa perubahan melalui pendekatan Interaktif Inkuiri alur BAGJA (buat pertanyaan utama-ambil pelajarannya-gali mimpi-jabarkan rencana-atur eksekusi)

 Budaya positif diharapkan menjadi sebuah kesadaran Bersama, diterapkan, dibudayakan di sekolah dalam rangka mencapai visi Pendidikan sekolah, membentuk pribadi berbudi pekerti luhur sehingga terwujud Profil Pelajar Pancasila. 

Guru diharapkan memegang  posisi kontrol yang tepat yakni sebagai manajer, menggunakan segitiga restitusi dalam menyelesaikan masalah dan memotivasi murid-murid dalam menyelesaikan kebutuhan dasarnya. 

Visi sekolah dan tujuan Pendidikan nasional  dapat dicapai dengan adanya budaya positif. Mutu sekolah dapat dilihat dari budaya positif yang dikembangkan warga sekolah. 

Sumber :

  1. Materi LMS Pendidikan Guru Penggerak Kemdikbudristek Tahun 2022
  2. Artikel CGP

Rancangan Tindakan Aksi Nyata 1.4

Rancangan Tindakan Aksi Nyata

Modul 1.4

Budaya Positif

Judul Modul                : Budaya Positif di Sekolah

Nama                           : Widodo, S.Pd

Salam dan bahagia,

1. Latar Belakang

Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara adalah sebagai dasar filosofi untuk menumbuhkan budaya positif di sekolah yaitu menuntun tumbuh kembangnya segala kodrat anak untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap anak memiliki kekuatan dirinya sendiri, memiliki pengalaman sesuai kodrat alam dan zamannya.

Era pendidikan abad ke 21, dimana anak-anak usia sekolah hampir semua sudah memanfaatkan teknologi informasi melalui smartphone, baik itu milik sendiri maupun orang tua. Anak-anak bisa mendapatkan berbagai macam informasi baik yang negatif maupun positif.

Dalam menuntun kodrat anak, maka guru diharus mampu mengikuti arus perkembangan teknologi informasi yang ada, agar bisa mengontrol, memanfaatkan dan mengarahkan belajar anak.

Dalam menerapkan budaya positif di sekolah, perlu adanya pemahaman, kesadaran dan komitmen bersama , tentang nilai-nilai, keyakinan-keyakinan sekolah, pembiasaan-pembiasaan dan tanggungjawabnya.

2. Tujuan

  1. Membiasakan murid untuk  mengikuti keyakinan-keyakinan sekolah
  2. Membiasakan guru dan warga sekolah memberi keteladanan pada murid
  3. Menumbuhkan nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila semua warga sekolah dalam kehidupan sehari-hari
  4. Melaksanakan Pendidikan Merdeka Belajar
  5. Menerapkan posisi kontrol manajer pada guru

3. Tolak Ukur

Mulai terbentuknya kesadaran disiplin positif pada murid

Mulai terbentuk kesadaran untuk melaksanakan nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila.

Terbentuknya  keteladanan disiplin postif semua warga sekolah.

Mulai diterapkan pembelajaran yang menyenangkan, merdeka belajar

Tidak ada lagi hukuman verbal dan sangsi yang tidak mendidik.

4. Linimasa tindakan yang akan dilakukan

  • Memberi keteladanan pada murid, guru dan warga sekolah.
  • Koordinasi dengan kepala sekolah
  • Memberi sosialisasi pada warga sekolah tentang paradigma Pendidikan KHD, Visi Sekolah, Budaya Positif dan Profil Pelajar Pancasila
  • Berbagi dengan teman guru lain, media pembelajaran, peran kontrol guru dan segitiga restitusi

5. Dukungan yang dibutuhkan

  • Kepala sekolah
  • Yayasan Pendidikan
  • Pendidik
  • Tenaga Kependidikan
  • Murid
  • Orang tua / walimurid
  • Komite Sekolah
  • Sarana-Prasana sekolah
  • Lingkungan

6. Jadwal Rencana Aksi Nyata Modul 1.4

1. Pembiasaan Budaya Positif  (setiap hari)

  • Budaya Disiplin                      : Masuk kelas, seragam, praktik di bengkel, Parkir
  • Budaya Hidup Bersih              : cuci tangan, buang sampah pada tempatnya
  • Budaya Sopan santun             : membiasakan 5 S dan salim
  • Budaya Religius                      : berdoa sebelum dan sesudah belajar
  • Budaya Kebangsaan               : Menyanyikan Lagu Indonesia Raya, Upacara
  • Budaya Mandiri                      : Pramuka
  • Budaya Kreatif                       : Pembelajaran Produk Kreatif Kewirausahaan, menghasilkanproduk yang bermanfaat dan laku jual di masyarakat.
  • Budaya Berkebinekaan           : Toleransi beragama, pengenalan seni budaya
  • Budaya Bernalar Kritis           : Pembelajaran Teaching Factory ( pengerjaan produk pesanan industri / masyarakat)

2. Mensosialisasikan dan berbagi pemahaman Materi Modul 1  

    A. Mensosialisasikan dan berbagi pemahaman Materi rapat guru : 6 September 2022

    Materi :

  1. Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara
  2. Sosialisasi Pemanfaatan Platform Merdeka Mengajar

    B. Mensosialisasikan dan berbagi pemahaman Materi rapat guru : 27 September 2022

    Materi :

  1. Ruang Kolaborasi Nilai dan Peran Guru Penggerak
  2. Sosialisasi Pemanfaatan Padlet.com sebagai media pembelajaran yang mudah

3. Mengunggah Video ke Youtube dan web blog materi dan tugas secara rutin mulai : 7 September 2022 sampai dengan saat ini.

Demikian, jadwal upaya aksi nyata dalam rangka menghayati nilai dan peran guru penggerak.

Salam dan Bahagia

Jurnal Refleksi Modul 1.4

JURNAL REFLEKSI MODUL 1.4

BUDAYA POSITIF

Menumbuhkan Budaya Positif dan Disiplin Positif untuk mencetak Generasi Profil Pelajar Pancasila

Budaya Positif di Sekolah

Menurut Ki Hadjar Dewantara Pendidikan adalah menuntun tumbuh kembangnya segala kodrat anak untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap anak memiliki kekuatan dirinya sendiri, memiliki pengalaman sesuai kodrat alam dan zamannya. Pendidikan haruslah membimbing dan menguatkan apa yang ada di dalam diri setiap anak agar dapat memperbaiki tingkah lakunya, cara hidupnya dan pertumbuhannya. Dalam proses pendidikan, anak diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan potensi bakat dan minatnya sebagai individu yang unik.

Dalam menuntun ini , guru diharapkan memiliki peran dan nilai-nilai positif untuk mengarahkan serta membentuk karakter sesuai profil pelajar Pancasila. Pengembangan budaya positif, disiplin positif dapat menumbuhkan motivasi internal untuk menjadi pribadi yang berbudi pekerti luhur Profil Pelajar Pancasila.

Salam dan Bahagia

Sesuai jadwal Diklat CGP Angkatan 6 Kelas 444, Hari Senin, 10 Oktober 2022 saatnya belajar modul 1.4 mulai dari diri dan eksplorasi konsep secara mandiri. ketika awal mempelajari modul 1.4 Budaya Positif, masih mendapatkan materi-materi pelajaran yang sepertinya sudah biasa , walaupun dalam implementasi di Sekolah saya masih kurang. Namun saat mulai belajar tentang 5 kebutuhan manusia dilanjutkan 5 posisi kontrol dan segitiga restitusi, sempat terkejut membaca materi ini, karena selama ini mungkin di bangku perkuliahan belum pernah disampaikan, hal ini tidak aneh, karena memang pengetahuan ini baru dipopulerkan oleh Diane Gossen, dalam bukunya Restitution-Restructuring school diciplline (1998) serta tahun 2001 , Gossen menyatakan ada tiga tahapan yang dapat digunakan dalam restitusi. Tahapan ini dinamakan segitiga restitusi. Yang pertama adalah Menstabilkan Identitas, yang kedua validasi tindakan yang salah, dan yang ketiga adalah menanyakan keyakinan.

Dalam refleksi Modul 1.4 ini , CGP menggunakan model 4 P atau 4 F

1 Peristiwa (Facts):

Sebuah Pertanyaan yang cukup mengejutkan dalam LMS :

Bila Anda adalah seorang pemimpin di sekolah Anda, bagaimana Anda akan menciptakan sebuah lingkungan yang positif di sekolah Anda? Apa strategi yang akan Anda pilih? Bagaimana Anda akan menerapkan disiplin positif, apa yang perlu kita lakukan terlebih dahulu? Tentunya, salah satu hal yang paling penting adalah kita perlu menghilangkan rasa takut dalam diri murid-murid sehingga mereka merasa aman dan nyaman berada di sekolah, dan bahwa membuat kesalahan adalah suatu proses pembelajaran itu sendiri. Hanya dengan demikian, semua murid dapat belajar dengan rasa tenang, tanpa tekanan dan nyaman.

2 Perasaan (Feeling):

Seperti yang telah disinggung dalam pendahuluan bahwa , banyak hal , pengetahuan baru dalam modul 1.4, selain karena materinya yang panjang, namun yang sangat terkesan adalah bahwa upaya peningkatan disipilin murid yang selama ini sudah di laksanakan di sekolah yang ternyata hasilnya belum sepenuhnya sesuai haarapan. dalam hal ini menurut modul 1.4 ada metode yang lebih baik, lebih humanis, lebih bijaksana dan sesuai dengan kodrat alam dan zamannya. Tentunya ada perasaan tertantang maka saya mempelajari materi yang ada dalam LMS sesuai dengan jadwal yang ditentukan baik belajar mandiri, kolaborasi dan eloborasi pemahaman.

3 Pembelajaran (Findings):

Untuk menumbuhkan budaya positif maka dibutuhkan pemahaman tentang :

A. Disiplin Positif dan Nilai-nilai kebajikan universal menjelaskan konsep makna disiplin, keyakinan kelas, hukuman dan penghargaan

B. Konsep 5 Kebutuhan Dasar Manusia menurut Dr. William Glasser dalam “Choice Theory”

1.Kebutuhan Bertahan Hidup (Survival)

2.Cinta dan kasih sayang (Kebutuhan untuk Diterima)

3.Penguasaan (Kebutuhan Pengakuan atas Kemampuan)

4.Kebebasan (Kebutuhan Akan Pilihan)

5.Kesenangan (Kebutuhan untuk merasa senang)

C. 5 Posisi Kontrol dalam menangani permasalahan disiplin

Penerapan disiplin di dalam kelas kita selama ini. Apakah telah efektif, apakah berpusat memerdekakan dan memandirikan murid ? Diane Gossen dalam bukunya Restitution-Restructuring School Discipline (1998.

bersandar pada teori Kontrol Dr. William Glasser, Gossen berkesimpulan ada 5 posisi kontrol yang diterapkan seorang guru, orang tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol. Kelima posisi kontrol tersebut adalah :

  • Penghukum,
  • Pembuat Orang Merasa Bersalah,
  • Teman,
  • Monitor (Pemantau) dan
  • Manajer.

D.Penerapan Segititiga Restitusi

1) menstabilkan identitas;

2) validasi tindakan yang salah;

3) menanyakan keyakinan.

4 Perubahan (Future):

Setelah belajar mandiri serta berkolaborasi dengan rekan CGP di A.6 kelas 44 materi dalam modul 1.4 budaya positif maka terjadi perubahan pola pikir bagaimana menumbuhkan disiplin positif di sekolah. utamanya perubahan penanganan kedisiplinan, permasalahan, motivasi internal murid. Melaksanakan Pembelajaran yang berpihak pada murid, pendisiplinan menggunakan posisi kontrol manager, menerapkan segitiga restitusi ketika menangani permasalahan atau pelanggaran keyakinan kelas. menyesuaikan dengan kondisi masing-masing, reflektif, kritis dan inovatif dalam penerapannya di sekolah

Salam dan Bahagia